Back

USD/IDR Masih Melemah, Rupiah Terus Menguat ke 16.457, Fokus pada Pernyataan FOMC

  • Rupiah menguat ke Rp16.457 seiring melemahnya Dolar AS dan ekspektasi pelonggaran suku bunga The Fed.
  • Moody’s turunkan peringkat kredit AS, menambah tekanan pada Dolar AS dan sentimen pasar global.
  • Fundamental Indonesia kuat dengan ULN terkendali, mendukung prospek penguatan Rupiah dan sikap dovish Bank Indonesia.

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terus menunjukkan penguatan terhadap Dolar AS (USD) dalam beberapa hari terakhir. Hingga akhir sesi Asia, pasangan mata uang USD/IDR diperdagangkan di kisaran Rp16.457, mengikuti pola descending channel pada grafik 4 jam yang menandakan tekanan berlanjut pada Dolar AS.

Kondisi ini terjadi seiring melemahnya sentimen terhadap Dolar AS yang dipicu oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat. Indeks Dolar AS (DXY) terpantau stagnan di sekitar 100,83, mencerminkan lemahnya permintaan terhadap mata uang safe haven tersebut. Di tengah perlambatan inflasi, lemahnya data ritel, serta penurunan Indeks Sentimen Konsumen AS ke level 50,8, ekspektasi pasar mengarah pada pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve sebanyak dua kali tahun ini.

Moody's Turunkan Peringkat Kredit AS

Ketidakpastian fiskal juga menambah tekanan terhadap Dolar. Moody’s baru-baru ini menurunkan peringkat kredit AS menjadi “Aa1” akibat kekhawatiran atas meningkatnya utang nasional, diperburuk oleh kebijakan pemotongan pajak Trump yang baru disahkan oleh DPR. Ketegangan dagang yang kembali memanas setelah ancaman tarif dari Presiden Trump pun menambah tekanan sentimen, seperti yang disampaikan dalam pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, kepada CNN News pada hari Minggu.

Fundamental Ekonomi Indonesia yang Kuat dan Utang Luar Negeri Terkendali Dorong Penguatan Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global

Di sisi domestik, fundamental Indonesia yang solid turut mendukung penguatan Rupiah. Data Bank Indonesia menunjukkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2025 tumbuh 6,4% yoy menjadi 430,4 miliar dolar AS, namun tetap terkendali. Pertumbuhan ULN terutama berasal dari sektor pemerintah yang meningkat karena penarikan pinjaman produktif dan tingginya arus modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN), mencerminkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

ULN pemerintah didominasi utang jangka panjang (99,9%) dan diarahkan untuk sektor-sektor produktif seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Sementara itu, ULN swasta mengalami kontraksi 1,2% yoy, menunjukkan kehati-hatian sektor usaha dalam mengelola pinjaman luar negeri. Secara keseluruhan, rasio ULN terhadap PDB tetap sehat di level 30,6%, dengan 84,7% utang berjangka panjang.

Kondisi makro yang stabil ini memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk bersikap dovish pada pertemuan kebijakan moneter minggu ini. Pasar obligasi menunjukkan antusiasme, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun turun 3-4 basis poin. Obligasi jangka pendek seperti FR104 diperdagangkan di level 6,5%, dengan proyeksi permintaan tinggi dalam lelang Selasa mendatang, seperti yang disebutkan Tim analis Bank Danamon.

Dengan kombinasi tekanan eksternal pada Dolar AS dan fundamental domestik yang kuat, Rupiah berpeluang melanjutkan penguatannya dalam jangka pendek, meskipun tetap perlu mewaspadai dinamika global terutama dari sisi kebijakan The Fed dan perkembangan fiskal AS.

Pasar Global Menunggu Pernyataan Anggota FOMC Malam Ini

Para pelaku pasar global akan mencermati dengan saksama pernyataan dari sejumlah pejabat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan malam ini. Pernyataan tersebut dinilai penting untuk menangkap sinyal terbaru mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve dan pandangan masing-masing anggota FOMC terhadap prospek ekonomi Amerika Serikat.

Hasil pernyataan para pejabat FOMC malam ini akan menjadi bahan pertimbangan penting menjelang pertemuan kebijakan moneter The Fed berikutnya. Pelaku pasar berharap mendapatkan gambaran lebih jelas terkait waktu dan besaran pemangkasan suku bunga yang kemungkinan akan diambil dalam semester kedua 2025.

Dolar AS FAQs

Dolar AS (USD) adalah mata uang resmi Amerika Serikat, dan mata uang 'de facto' di sejumlah besar negara lain tempat mata uang ini beredar bersama mata uang lokal. Dolar AS adalah mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia, mencakup lebih dari 88% dari seluruh perputaran valuta asing global, atau rata-rata $6,6 triliun dalam transaksi per hari, menurut data dari tahun 2022. Setelah perang dunia kedua, USD mengambil alih posisi Pound Sterling Inggris sebagai mata uang cadangan dunia. Selama sebagian besar sejarahnya, Dolar AS didukung oleh Emas, hingga Perjanjian Bretton Woods pada tahun 1971 ketika Standar Emas menghilang.

Faktor tunggal terpenting yang memengaruhi nilai Dolar AS adalah kebijakan moneter, yang dibentuk oleh Federal Reserve (The Fed). The Fed memiliki dua mandat: mencapai stabilitas harga (mengendalikan inflasi) dan mendorong lapangan kerja penuh. Alat utamanya untuk mencapai kedua tujuan ini adalah dengan menyesuaikan suku bunga. Ketika harga naik terlalu cepat dan inflasi berada di atas target The Fed sebesar 2%, The Fed akan menaikkan suku bunga, yang membantu nilai USD. Ketika inflasi turun di bawah 2% atau Tingkat Pengangguran terlalu tinggi, The Fed akan menurunkan suku bunga, yang membebani Greenback.

Dalam situasi ekstrem, Federal Reserve juga dapat mencetak lebih banyak Dolar dan memberlakukan pelonggaran kuantitatif (QE). QE adalah proses di mana Fed secara substansial meningkatkan aliran kredit dalam sistem keuangan yang macet. Ini adalah langkah kebijakan nonstandar yang digunakan ketika kredit telah mengering karena bank tidak akan saling meminjamkan (karena takut gagal bayar oleh rekanan). Ini adalah pilihan terakhir ketika hanya menurunkan suku bunga tidak mungkin mencapai hasil yang diinginkan. Itu adalah senjata pilihan The Fed untuk memerangi krisis kredit yang terjadi selama Krisis Keuangan Besar pada tahun 2008. Hal ini melibatkan The Fed yang mencetak lebih banyak Dolar dan menggunakannya untuk membeli obligasi pemerintah AS terutama dari lembaga keuangan. QE biasanya menyebabkan Dolar AS melemah.

Pengetatan kuantitatif (QT) adalah proses sebaliknya di mana Federal Reserve berhenti membeli obligasi dari lembaga keuangan dan tidak menginvestasikan kembali pokok dari obligasi yang dimilikinya yang jatuh tempo dalam pembelian baru. Hal ini biasanya positif bagi Dolar AS.


USD/CHF Diperdagangkan Dekat 0,8350, Pullback dari Kenaikan Terbaru karena Kewaspadaan Pasar

USD/CHF mundur dari keuntungan yang diperoleh di sesi sebelumnya, diperdagangkan di dekat 0,8360 selama jam perdagangan Asia pada hari Senin. Penurunan ini mengikuti pemangkasan peringkat kredit pemerintah AS yang mengejutkan, yang memicu aksi jual baru di pasar pendapatan tetap AS
Leia mais Previous

Harga Minyak Mentah Hari ini: Harga WTI Bearish pada Pembukaan Sesi Eropa

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun pada hari Senin, di awal sesi Eropa. WTI diperdagangkan di $61,57 per barel, turun dari penutupan hari Jumat di $61,92
Leia mais Next